Siang itu terasa sangat terik.
Matahari membentangkan panasnya secara merata. Rasanya tak berani ke luar
kelas untuk menantang matahari siang.
Saat
itu, aku sedang asyik mengobrol dengan teman-temanku. Tiba-tiba saja terdengar
suara dari speaker sekolah. Ibu Ulan, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan
SMPIT Thariq bin Ziyad mengumumkan bahwa seluruh warga sekolah akan
melangsungkan shalat istisqa di lapangan sekolah. Tujuannya adalah untuk
memberikan bantuan kepada saudara-saudara muslim di Pulau Kalimatan dan
sekitarnya yang tengah diberikan cobaan kabut asap tebal yang tak
henti-tentinya menghiasi tempat tinggal mereka. Karena uang dan barang tidaklah
cukup untuk membantu mereka. Dibutuhkan doa yang khusyuk untuk membantu
saudara-saudara kita. Karena pada akhirnya, kita hanya dapat berserah diri kepada
Allah SWT.
Mendengar
pengumuman tersebut, keantusiasanku mulai mendesakku untuk bergegas ke luar
kelas dan mengambil air wudhu. Selain antusias karena ingin mendoakan
saudara-saudaraku di sana, aku juga merasa antusias karena ini adalah
pelaksanaan shalat istisqa yang pertama kalinya bagiku.
Ternyata
lapangan sudah sangat ramai. Aku dan teman-temanku mengambil tempat di ujung
lapangan, kemudian menggelar karpet di atasnya sebagai alas.
Matahari
bersinar semakin terik. Seakan-akan mengujiku untuk meninggalkan lapangan dan
kembali berbaring di kelas nyamanku. Tapi hal itu enggak mematahkan semangatku.
Aku menyimak pidato yang disampaikan guruku. Walaupun aku harus berkali-kali
mengusap keningku yang meneteskan keringat setiap menitnya.
Setelah
dua kali khutbah, shalat istisqa pun akhirnya dilaksanakan. Sebelum memulai
shalat, imam pun mengintruksikan untuk merapikan shaf shalat. Mendengar
intruksi sang imam, aku dan jemaah lainnya pun langsung merapatkan kedua kaki,
menutup celah agar para setan tidak membelokkan kekhusyukkan kami ketika
shalat. Shalat istisqa dilaksanakan dengan sangat khusyuk. Para jemaah tak
mempedulikan peluh yang menetes karena panasnya sinar matahari.
Berakhir dengan salam, imam kemudian memimpin doa.
Kami semua menundukkan kepala dan mengangkat kedua tangan untuk berdoa kepada
Allah dengan sangat khusyuk. Dengan bacaan-bacaan mulia penuh pengkhayatan, kami
tak segan merendahkan hati dan meminta kepada Allah.
Di akhir pelaksanaan shalat istisqa, imam pun kembali
mengingatkan kami agar senantiasa memohon ampun kepada Allah, serta menghindari
perbuatan-perbuatan yang menjauhkan diri kita dari surga. Imam juga
mengingatkan agar kami selalu peduli dan saling mengasihi kepada saudara-
saudara kita.
--tulisan ini dibuat untuk tugas sekolah--
--70% isinya adalah pencitraan. Wkwk. Nga.--